Lanur mengerjakan ladang bersama-sama dengan warga kampung. Ladang
mereka terletak ditepi hutan, dan yang paling dekat dengan hutan adalah
ladang milik Lanur. Mereka mengerjakan ladang itu kurang lebih 2 bulan.
Bulan ketiga mereka menanami ladang tersebut dengan jagung dan padi.
Benih-benih itu ludes dimakan kera-kera yang tinggal di hutan sekitar
kawasan hutan. Lanur dan isterinya Timung Te’e menanam kembali
menggantikan yang telah dimakan kera. Tetapi setiap kali digantikan
selalu dimakan kera. Lanur dan isterinya mengeluh, persediaan benih
telah habis. Mereka hendak meminta benih kepada orang lain, tetapi niat
mereka diurungkan, karena mereka tahu akan habis dimakan kera.
Suatu
hari Timung Té’é pergi ke hutan mencari sayur-sayuran hutan,
sayur-sayuran cukup banyak, tetapi tumbuhnya sangat jarang diantara
pohon-pohon besar. Kera-kera berayun pada cabang pohon-pohon besar itu.
Sampailah Timung Té’é pada sebuah pohon yang dihuni kera paling besar,
gemuk, tambun dan tengkuknya padat berisi. Kera seperti itu orang
Manggarai menyebutnya Kodé Seket. Sayur-sayuran hutan di sekitar pohon
itu sangat banyak. Kodé Seket memperhatikan Timung Té’é yang sedang
memetik sayur, ia sangat mengagumi kecantikan wanita itu. Kodé Seket itu
terbius oleh kecantikan Timung Té’é , sehingga timbul niatnya untuk
menggoda dan berbuat jahat terhadap Timung Té’é . Tetapi ia belum berani
melakukan hal itu karena segan akan keanggunan dan kewibawaan Timung
Té’é. Kodé Seket itu terbuai dalam lamunan membayangkan kebahagiaan saat
bersanding dengan Timung Té’é di pelaminan. Lamunan Kodé Seket itu
menerawang ke alam mimpi yang indah dan romantis, sehingga tak
disadarinya ia berteriak, “matak iné, hombés molasn” (aduhai, sungguh
cantiknya). Timung Té’é tidak menghiraukan pujian Kodé Seket itu, ia
mengira hanya main-main. Hari-hari selanjutnya terjadi hal yang sama,
sehingga kesabaran Timung Té’é menjadi hilang. Benih jagung dan padi
telah mereka habiskan, muncul ulah godaan terhadap dirinya, pujian
bernada cinta.
Timung Té’é selalu penasaran karena ulah kode seket
itu. Timung Té’é tak bisa sabar terus-menerus, karena itu ia melaporkan
ulah Kodé Seket itu kepada suaminya. Lanur sangat marah mendengar
penyampaian isterinya, tetapi Timung Té’é dapat menenangkannya. Timung
Té’é berkata, “bapak tak usah marah, karena tidak akan menyelesaikan
persoalan. Kita mencari akal untuk memusnahkan Kodé Seket itu dan
kawan-kawannya. Kera-kera itu keterlaluan, benih padi dan jagung kita
telah ludes, lalu Kodé Seket menggoda dan akan menikahi aku bila bapak
telah meninggal. Kodé Seket itu mengira bahwa aku ini perempuan yang
tidak tahu diri dan tidak tahu menghormati serta menghargai suamiku”.
Lanur menerima saran isterinya, lalu mengusulkan untuk memasang jerat
dan ranjau pada batas hutan dan ladang mereka. Timung Té’é berkeberatan
terhadap usul Lanur lalu katanya, “bapak, cara itu kurang tepat karena
keterbatasan waktu dan bahan-bahan yang diperlukan terlalu banyak. Aku
mengusulkan kita mengulangi cara yang kita lakukan terhadap Kodé Lama.
Kita baringkan sebatang kayu besar setinggi bapak, dibungkus kain kafan.
Bapak dan tiga ekor anjing bersembunyi dalam wadah di loteng. Bapak dan
tiga ekor anjing itu turun secepatnya dari loteng apabila lubang-lubang
lantai, dinding telah ditutup serta pintu diiikat kuat-kuat. Seorang
pemuda kampung kita undang semalam sebelumnya, kita ceritakan rencana
kita dan diberi petunjuk bagaimana cara mengabarkan kematian bapak di
hutan di kediaman kode seket itu”. Lanur berpikir sejenak, lalu katanya,
“usulmu itu baik, cara itulah yang kita gunakan”.
Keesokkan paginya
sebatang kayu dibungkus kain kafan seperti membungkus mayat. Petugas
yang bertugas mengabarkan kematian Lanur berangkat ke hutan.
Orang
itu masuk ke setiap kelompok tempat tinggal kera-kera itu dan
mengabarkan tentang kematian Lanur. Demikian pula dilakukan di tempat
tinggal si Kodé Seket. Mendengar kabar itu, Kodé Seket menyuruh beberapa
kera untuk memanggil pemimpin-pemimpin kelompok untuk segera menghadap.
Kera-kera
itu bergegas pergi memanggil para pemimpin kelompok itu. Beberapa saat
kemudian pemimpin kelompok datang menghadap. Setelah semuanya hadir,
Kodé Seket memberitahukan tentang kematian Lanur serta menyuruh mereka
pergi melayat jenazah Lanur. Pemimmpin-pemimpin kelompok pulang ke
tempat masing-masing, setiap pemimpin memanggil seluruh rakyat mereka.
Kepada mereka diberitahukan tentang kematian Lanur dan perintah Kodé
Seket untuk ikut melayati jenazah Lanur, tak ada yang berkeberatan.
Kera-kera itu telah berkumpul pada tempat yang telah ditentukan. Kodé
Seket dan rombongannya tiba, berhenti sejenak lalu mereka berangkat ke
pondok Lanur.
Pemuda yang ditugaskan menyampaikan berita kematian
telah kembali. Ia bersama Lanur dan tiga ekor anjing bersembunyi di
loteng. Selang beberapa jam rombongan kera-kera itu datang. Kodé Seket
berjalan paling depan, sebentar-sebentar tersenyum, karena ia merasa
girang mendapatkan Timung Té’é sebagai isteri, apabila Lanur telah
dikuburkan. Ia membayangkan dan menghayalkan ucapan ayu bahagia para
undangan, sahabat, kenalan, dan kaum kerabat pada saat keduannya
besanding di pelaminan. Senyum kebahagian Kodé Seket itu, dalam bahasa
daerah Manggarai dikenal dengan istilah sumir samir atau sumi samir,
menandakan suatu kepastian tetapi ia tak pernah menduga bahwa sebentar
lagi maut akan merenggut nyawanya dan seluruh rakyatnya.
Demikian
gembiranya Kodé Seket saat itu, sehingga tak sempat memikirkan hal-hal
yang mengancam keselamatan, baik ia sendiri maupun seluruh rakyatnya.
Timung Té’é meratapi jenazah suaminya sambil mengucapkan kata-kata yang
menyayati para pelayat. Semakin rombongan kera-kera dekat ke pondok,
tangis Timung Té’é semakin memilukan hati oarng yang mendengarnya.
Rombongan tiba di depan pintu pondok, mereka melihat jenazah yang
dibungkus kain kafan.
Kodé Seket masuk ke pondok dan diikuti para
pemimpin kelompok dan kera-kera yang lain. Diantara kera-kera itu ada
seekor kera betina yang sedang hamil. Kodé Seket duduk berdampingan
dengan Timung Té’é, para pemimpin kelompok di sisi jenazah yang
berlawanan, kera-kera lain diseluruh ruangan. Ratapan Timung Té’é sambil
mengucapkan kata-kata, antara lain, “aduh, nasibku malang tak ada yang
menyamai pribadi Lanur, segala kebutuhan keluarga selalu terpenuhi.
Kepada siapa lagi tempat aku bergantung, tak ada lagi yang akan mencari
kayu api, makan dan kebtuhan lain-lain”. Kodé Seket berkata menghibur
Timung Té’é, “jangan kuatir, ada aku, segala kebutuhan akan kupenuhi”.
Ia memerintahkan rakyatnya mengambil kayu api, makan dan sayur-sayuran.
Beberapa saat kemudian mereka kembali membawa kayu api, jagung, pisang,
dan sayur-sayuran.
Timung Té’é meratapi lagi jenazah itu, sehingga
Kode Seket berkata, “apa lagi yang engkau perlukan Timung Té’é , padahal
kayu api, makanan, dan sayur-sayuran telah ada. “Timung Té’é tidak
menghiraukan pertanyaan Kodé Seket itu. Ia terus meratapi jenazah sambil
mengucapkan kata-kata, “tidak ada orang yang menutup lubang dinding,
lantai dan mengikat pintu. “Kodé Seket menyuruh kera-kera itu menutup
lubang-lubang dinding, lantai dan mengikat pintu kuat-kuat. Kera betina
yang hamil tidak menutup lubang lantai di dekat ia duduk, karena ia
mempunyai firasat, bahwa Timung Té’é memperdaya mereka.
Maut menimpa
Kodé Seket dan rakyatnya tak dapat dihindari. Timung Té’é menangis
kuat-kuat sambil mengucapkan, “lubang dinding, lantai telah di tutup dan
pintu telah diikat kuat-kuat. “Lanur, si pemuda dan tiga ekor anjing
turun tiba-tiba dari loteng. Anjing menggigit kera-kera itu, Lanur dan
pemuda itu memukul dengan kayu kudung. Sementara kera-kera itu
hiruk-pikuk, kera betina hamil keluar lewat lubang di dekatnya, lalu
lari ke hutan. Kodé Seket dan kera-kera lainnya mati tak seekorpun yang
luput.
Lanur dan pemuda itu membuka kain pembungkus kayu, membenahi
segala sesuatu yang diperlukan, dan mereka mulai menguliti kera-kera
itu.
Keluarga Lanur berpesta, dan tidak ada hal-hal yang perlu
dirisaukan, sebab makanan, sayur-sayuran dan kayu api telah tersedia.
Daging kera-kera dibuat dendeng selain mereka yang butuhkan saat itu.
Setiap hari keluarga Lanur makan bagaikan suasana pesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar